Archive for the ‘FunFact!’ Category

Triangular Theory of Love

Posted: October 23, 2009 in FunFact!

This morning, while my friend and I were talking about love, an another friend of mine elaborated about an article that she has read. The article is related with a theory of love designed by a psychologist.

I’ve ever also read the article that she once showed me, but I forgot the details. Then I try to google a keyword about such a theory. And this is what I’ve found:

The triangular theory of love is a theory of love developed by psychologist Robert Sternberg. The theory characterizes love within the context of interpersonal relationships by three different components:

1.   Intimacy – Which encompasses feelings of closeness, connectedness, and bondedness.

2.   Passion – Which encompasses drives that lead to romance, physical attraction, and sexual consummation.

3.   Commitment – Which encompasses, in the short term, the decision to remain with another, and in the long term, the shared achievements and plans made with that other.

    (source: http://www.wikipedia.com/)

    Noticing this, I remember that my friend also said that couples are rarely have these in one glance, some of them just have a part of these. Furthermore, she said that couples who have all three of Sternberg’s components of love  are so lucky. They would always be together and love each other even there are so many pitfalls come and go into their lifes.

    Besides, Sternberg also describes seven varieties of love, such as: liking/friendship, Infatuated love, Empty love, Romantic love, Companionate love, Fatuous love, Consummate love.

    Triangular_Theory_of_Love

    The greatest variety is the last one. It represents an ideal relationship toward which people strive. But maintaining a consummate love may be even harder than achieving it.

    Then I keep asking… which one is my love would be..?

    References:

    ~ Sternberg, Robert J. (1986). “A triangular theory of love“. Psychological Review 93 (2): 119–135. doi:10.1037/0033-295X.93.2.119. http://content2.apa.org/journals/rev/93/2/119. Retrieved 2007-06-27.

    ~Sternberg, Robert J. (1988). The Triangle of Love: Intimacy, Passion, Commitment. New York: Basic Books. ISBN 0-465-08746-9.

    ~Brehm, Sharon S. (2007). Intimate Relationships. New York: McGraw-Hill. ISBN 0-07-293801-3.

      Menembus Batas Obsesi

      Posted: October 19, 2009 in FunFact!

      Dalam pandangan saya, obsesi dapat dikatakan positif bilamana mengandalkan ruang tersendiri yang tidak merugikan orang lain dalam menempuh suatu tujuan. Didukung dengan motivasi tinggi, suatu obsesi dapat menyebabkan seseorang mengerahkan daya yang dimilikinya sekuat mungkin dalam meraih suatu tujuan.Obsesi positif lazimnya sangat bermanfaat karena dapat mendatangkan kebaikan bagi orang lain.

      Adapun obsesi dapat berubah haluan menjadi negatif apabila langkah yang ditempuh terlalu dangkal untuk difahami sebagai sesuatu hal yang logis hingga bertendensi untuk memaksakan kehendaknya serta mematikan mereka yang terpaut di dalamnya. Gelap mata!

      Salah seorang fellow blogger (http://khaidirmuhaj.blogspot.com) menyatakan bahwa:

      – Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang manggangu (intrusif).
      (Sinopsis Psikiatri : Kaplan dan Sadock, Edisi Ketujuh Jilid Dua : 40)
      – Obsesif adalah isi pikiran yang kukuh (“Persistent”) timbul, biarpun tidak diketahuinya, dan diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin.
      (Catatan ilmu kedokteran Jiwa : W.F Maramis : 116)

      Dengan kata lain, seseorang dikatakan sebagai obsesif apabila dalam pikirnya melulu timbul gagasan yang harus di penuhi meski hal itu merupakan hal yang tidak wajar.

      Sangat sulit memilah mana obsesi yang dikatakan sebagai positif, dan mana yang negatif, karena pada dasarnya suatu tujuan yang baik dapat beralih motif bila cara yang ditempuhnya tidak sesuai dengan norma atau bahkan merugikan diri sendiri dan orang lain. Self Destruction…

      target

      Misalnya saja, ada seorang karyawan yang ia berniat untuk menjalankan usaha bisnis sendiri. Ia berani berhenti dari pekerjaannya hanya untuk meng-aminkan obsesi yang selama ini ia pendam. Akhirnya dengan sedikit modal namun berbukit-bukit semangat, ia mampu mencapai apa yang ia inginkan. Positif.

      Namun bisa menjadi tidak bila dalam manifastestasinya, cara-cara yang ditempuh jauh dari hal yang baik bahkan cenderung merugikan dan menyakiti orang lain. Negatif.

      Akhir kata, sedikit saya kutipkan perkataan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di (www.almanhaj.or.id) :

      “Orang mu’min jika diuji dengan datangnya penyakit atau kefakiran atau semacamnya -yang setiap orang bisa menjadi sasaran cobaan itu-, maka dengan iman dan jiwa qana’ah serta ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya, anda dapati ia berhati sejuk dan bermata ceria, tidak menuntut sesuatu yang tidak ditakdirkan untuknya. Di segi materi, ia memandang kepada yang lebih rendah, tidak memandang kepada yang lebih atas. Bisa jadi, kegembiraan, kesenangan dan ketentraman batinnya melebihi orang yang meraih semua keinginan duniawi, jika orang itu tidak dikarunianya jiwa qanaah.”

      Semoga kita dilimpahkan hati yang bersyukur dan menerima apa-apa yang terjadi walau tidak sesuai dengan kehendak. Suatu saat bisa jadi lisan ini berucap syukur Allah tidak mengabulkan beberapa dari obsesi kita, kenapa? Jelas karena itu bukan yang terbaik…

      Allahul Musta’an…