“Uhuuukkk.. Uhuuukkkk..”
“Yank, kamu batuk lagi?”
“Iya.. Uhuuukkk… hoeeekkhh”
“Astaghfirulloh sayang, kamu muntah darah!!”
———-
Hari itu seperti mimpi burukku. Aku tidak tahu kenapa Allah memilihku untuk menikmati rasa sakit ini. Sebelumnya aku merasa sehat-sehat saja, bahkan sesaat sebelum muntah darah itu, aku tengah bersiap-siap untuk hadir di sebuah acara. Tapi ternyata Allah berencana lain, setelah seharian muntah darah, disusul dengan keluarnya darah dari hidungku, akhirnya suamiku memboyongku ke Rumah Sakit.
Aku benci aroma rumah sakit. Saat sampai di Poliklinik atas rujukan dokter pun aku masih diharuskan menunggu. Selama menunggu itupun aku tetap mengeluarkan darah. Namun tetap saja harus bersabar menanti giliran. Sampai bertemu dengan dokter dan diberi obat untuk tiga hari ke depan, bila tidak ada perubahan, baru kontrol lagi.
Malamnya, aku tidak bisa tidur. Lagi, aku muntah darah dan terus mengeluarkan darah dari hidung. Suamiku panik, ia tak pernah melihat aku begini.
“Hayuuk kita ke rumah sakit lagi.. kamu di rawat aja ya”
“Nanti anak-anak sama siapa bi? Kasihan dedek masih butuh ummi..”
“Anak-anak sama aku, atau sama bibinya..”
Belum selesai obrolan kami, tiba-tiba pandanganku kabur.
Lalu gelap.
Aku pingsan!
——-
Lagi-lagi disini. Koridor yang luas dengan orang-orang sakit yang berlalu lalang. Aku bertemu dengan dokter.
“Tes mantoux dan dahak ya bu” ujar perawat
Berat badanku yang terus turun sampai di angka yang tidak wajar membuat dokter curiga aku terkena Tuberculosis, bakteri yang hinggap di paru-paru. Perawat menusukkan jarum di bawah jaringan kulitku, subhanallah sakitnyaaa…
“Aaaarrhhh.. sakit suster.. sakitt..”
“Sabar bu, ini ibu kurus banget, jadi berasa sakitnya”
Iya, aku lihat tanganku seperti tulang tak berdaging, hanya terbungkus kulit. Aku tidak menyadari ini. Terus saja aku biarkan batuk di malam hari selama berbulan-bulan, aku pikir hanya batuk biasa saja. Tapi ternyata begini efeknya, sakit yang diabaikan, tidak segera diobati.
Tes dahak belum ada hasilnya, karena dahakku selalu mengandung darah. Muntah darahku belum kunjung berhenti, bahkan hidungku mengeluarkan darah lagi. Dada ku sakit serasa diinjak. Sesak, sangat sesak. Aku pun terpaksa memakai oksigen bantuan.
———
Waktunya dokter visit. Dokter membawa hasil rontgen pari-paruku.
“Ibu.. paru-paru ibu terkena infeksi cukup parah, paru-paru atas luka dan berlubang..”
Innalillahi.. separah itukah sakitku.. sakit yang aku abaikan ternyata sampai separah ini.
Allahu Asy’Syaafi.. aku ingin sembuh.. aku ingin bertemu bayiku, anak-anakku..
Allah Al-Ghafur.. semoga Allah jadikan sakitku sebagai pelebur dosa-dosaku.. ampuni hamba ya Raab..
Cileungsi, 14 Maret 2018
Kisah ini diangkat dari cerita nyata seorang sahabat.
Syafaakillahu, laa ba’sa thohuuruun in syaa Allah…
Semoga Allah berikan kesembuhan, sobat.. dengan sembuh yang tidak meninggalkan bekas..
Sabarmu, menuai pahala..
#IIPBekasi
#RumbelLiterasi
#WritingChallenge
#IbuProfesional
#IbuProduktif